Kamis, 06 Januari 2005

Kaba dari ranah minang

Bunda bilang, sakitnya hilang waktu lihat senyumku. Bunda bilang, hadirku adalah obat paling mujarab baginya.Bunda juga cerita betapa kamis sebelumnya satu kota Padang heboh dan pada ngungsi ke bukit bukit gara2 ada berita bahwa bakal ada tsunami susulan melanda kota kelahiranku ini. Bundaku guru, tapi suka melucu. Jadinya aku malah terpingkal pingkal pas diceritain, bukannya prihatin hehehe **ondeeh.. moga moga indak durhako yoo..**

Bunda sayang masih setegar dulu. Dua malam di kampuang cukuplah. Setiap detik bersama bunda terasa begitu berharga. Besokannya bunda benar2 membuktikan tekadnya ngajak aku jalan2. Katanya obatnya jalan2 ama aku. Hehehe ada ada aja. Ke pasar raya, ke minang plaza (satu satunya plaza di Padang), ke penjahit, ke warnet (tiap ari, sampe tukang warnetnya apal ama kite hehe),ke miso mas tris di simpang GIA, martabak mesir di simpang wisma, optik nusa dua di ulak karang, sate madura di simpang tabiang... ondeh... sabana lapeh taragak walau sabanta...

Ke al-fitri di tunggul hitam (pusat eceran kebutuhan muslim/muslimah, sekalian kenalan ama akhwat akhwat aktivis nan militan versi ranah minang). Moga moga akhwat(s) wa ikhwan(s) sejati adanya tidak hanya di novel dan di cerpen cerpen. begitu harapku saat ngobrol ngobrol beberapa jenak bersama wajah wajah teduh nan mempesona itu. Aduhai... Kapan ghirahku sehebat mereka ya...

Kemaren malam hujan turun deras luar biasa. Abis magrib aku memilih mengurung diri di kamar ngedengerin senandung Intifadha nya izzatul islam sambil memandang2 tiga bendera palestina yang kubeli di senayan tempo hari. Senang tiada terkira saat di jkt n di pdg nemu kaset2nya suara persaudaraan yang tiada bermusik itu. Juga album albumnya izzis. "Musim semi... kini telah tiba... bunga bunga bermekaran...."

Tiba2 bunda masuk ngasih bungkusan, katanya kiriman dari seorang teman, nyampe padang bulan juni tahun lalu. Tak sabar kubuka setelah menemukan nama seorang ukhty di kampus Ganesha sana. Selembar jilbab manis, dua buah buku dan seuntai kalimat terukir di sana...

Yang saya berikan mungkin tidak seberapa. Sengaja saya carikan buku "Yang berguguran di Jalan Da'wah" agar kiranya kita berdua selalu istiqomah berada di jalan yang para pemburu syahid berlomba lomba berada di barisan terdepannya. Al Qiyadah wal Jundiyah adalah penopang kita agar selalu berada dalam jama'ah. Suatu ketika mungkin giliran saya yang akan terjatuh. Saat itu mungkin unilah orang yang akan menopang saya. Karena kecintaan kita hanya atas dasar ALLAH saja. Tiada lain. Semoga!!!

Tiba2 sms berbunyi, dari seorang aktivis yang juga sudah lama tiada terdengar kabar beritanya. "Katanya di Jakarta ya? Ane dah nyampe medan. Sedang transit naik kapal. Menuju Aceh."

mungkin aku harus mengubah paradigma. Akhwat wa ikhwan sejati tidak hanya ada di cerpen dan di novel.
Mungkin dalam hal ini kebetulan saja aku belum nemu.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar