Senin, 07 November 2005

[Cluster 8]: Obsesi akhirat tiada lekang

//ini hasil migrasi blog, 7 Juli 2015. Pindahan dari unisa81.net//

nb: buat pengunjung yg ga berkenan dgn tulisan saya bergaya *curhat*, mending ga usah dibaca ^_^. Ini hanyalah sebuah ungkapan cinta semata..


Suatu hari di akhir bulan July, takdir membawa saya bertemu dengan sekelompok akhwat yang berasal dari seantero ibukota. Tak banyak memang, cuma 20 orang. Selasar mesjid al Azhar kebayoran baru menjadi tempat pertemuan yang dipilih. Mereka datang dari jakarta beneran, bekasi, tanggerang, bahkan karawang. Panas menyengat siang itu terobati tak hanya dengan payung warna warni terkembang tapi juga wajah-wajah yang tersenyum riang bertemu saudara seiman. Tak banyak yang mereka punya selain segumpal semangat yang menyala-nyala untuk bisa berbuat menghasilkan sesuatu bagi kemaslahatan ummat. Sosok-sosok yang dipertalikan oleh ukhuwah ini mulai berbagi cerita dari perkenalan pribadi, aktivitas saat ini, sampai obsesi masa depan.

Maka sayapun berkesempatan menjadi penonton yang berbahagia. Sangat berbahagia. Walau banyak aktivitas mereka yang tak saya pahami karena kelamaan meninggalkan negeri sendiri. Ceritanya macam-macam. Tentang dakwah di keluarga, di lingkungan tempat tinggal,tentang pergulatan mereka untuk melegalkan rohis di kantornya. Kisah-kisah pengajian dengan murabi. cerita-cerita lucu tentang binaan. Kegiatan2 partai. Memburu2 berita dakwah, bagi yang freelance sebagai wartawan sukarela. Proses dirintisnya kafemuslimah dot com (proses berdirinya hingga jumlah pengunjungnya yang kini juga luar biasa). Sampai sepak terjang mereka di dalam dakwah kampus, tema yang paling membuat iri. Ketika yang satu bercerita yang lain mendengarkan dengan seksama, mencatat dengan serius, merenungkan dengan sungguh-sungguh. Saat itu juga muncul bakat yang tidak dibuat-buat. Kemampuan mereka bertutur, mengemukakan ide2, gagasan2. Kesantunan menyanggah pendapat temannya. Kecerdasan intelektual tentang perkembangan jaman. Ketajaman analisa dan Kematangan emosional. Sungguh!!! tak saya bayangkan ketika melihat sosok-sosok berjilbab rapi itu untuk pertama kalinya. Bahkan keberadaan mereka lebih keren daripada yang ada di cerita-cerita fiksi.

Bertemu mereka membuat diri merasa begitu kerdil, terasa belum menghasilkan apa-apa. Namun di sisi lain merasa terpompakan semangat yang luar biasa. Wajah-wajah yang baru pertama kalinya saling bertatap muka hari itu juga bertekad mengawali suatu komunitas muslimah yang memfokuskan dirinya di suatu bidang yang kebetulan sebagian besar yang hadir di sana saat itu berkecimpung, berprofesi atau setidaknya tertarik dengannya. Suatu ide yang dulunya hanya menjadi lintasan fikiran akhwat2 yang kebetulan bertemu satu sama lainnya di berbagai milis bidang agama dan keilmuan. Tidak bermaksud mengadakan pemisahan antara muslim/muslimah dalam menuntut ilmu. Cuma berusaha menghadirkan sarana untuk mentrigger potensi2 muslimah yang tersembunyi di bidang ini dan malu untuk muncul karena berbagai alasan. Serta sebagai sarana untuk berbagi ilmu dan meluaskan persaudaraan. Kekurangluwesan di depan lawan jenis membuat kadang2 ide2 yang mereka punya mandek dan tidak keluar. Suatu kelemahan yang harus dicatat dan dijadikan PR bersama!

Maka kembali saya berkesempatan menjadi penonton yang berbahagia. Sangat berbahagia. Walau tidak lagi menjadi penonton seratus persen. Saat itu saya tak punya banyak cita-cita muluk-muluk. Berkesempatan berkumpul dengan akhwat-akhwat luar biasa seperti mereka rasanya sudah tak terkira. Jika tak banyak aktivitas nyata yang kelak bisa dijalani bersama, diskusi2 di dunia mayapun rasanya cukuplah jadi pelipur lara. Pikir saya kala itu, ah paling nanti setelah berpisah semangatnya hilang lagi. Tapi tak apa, bukankah dengan sapaan, dan pompaan semangat dari kata-kata dan tulisan2nya saja telah membuat tekad jadi bertambah2.

Namun kekuatiran saya itu tak berasalan. Ketika beberapa minggu kemudian akhwat-akhwat itu dipercayakan menjadi pengurus suatu kegiatan di dunia nyata. Ruang diskusi dipenuhi dengan kegembiraan, keriangan dan semangat mereka. Dan lagi-lagi saya menjadi penonton dari jarak sejauh ini. Menonton laporan2 akhwat2 keren tsb, mengurus ini itu kesana kemari, keberhasilan, kegagalan, kekecewaan , kecemasan, semuanya terasa sampai ke sini. Untuk sesuatu yang tak dibayar sepeserpun. Persis seperti cerita2 yang sering saya dengar (Mungkin pernah baca “Bukan di Negeri dongeng”nya HTR). Namun terasa berbeda ketika melihatnya dengan mata kepala sendiri. Menyaksikannya langsung. Itu semua dilakukan dengan senang hati, di sela2 kesibukan yg tak sedikit. "Bayarannya di akhirat saja", "Bayarannya, dengan melihat keberhasilan acara itu saja" jawab mereka ikhlas ketika iseng2 saya tanyakan tentang itu. Padahal tak sedikit biaya waktu, tenaga dan materi yang harus dikorbankan. Maka kembali hati merasa malu ketika membanding2kan diri dengan mereka.

"Yuk ah, kita bikin kerja yang kongkrit. Hayya na'mal!". Begitu selalu kata salah seorang dari mereka untuk memompakan semangat. "Karena mungkin memang pagi ini kita masih dibangunkan dalam kondisi sehat wal 'afiat dalam kenikmatan Islam dan Iman yang terjaga. Tapi esok hari atau mungkin sebentar lagi bisa saja Allah menahan ruh kita dan tidak mengembalikannya ke dalam jasad ini. Alangkah merugi jika tidak banyak yang telah diperbuat kala itu". Maka kembali saya terbakar cemburu dan berharap suatu ketika bisa seperti mereka, tak lagi menjadi penonton. ...

Minggu pertama syawal baru saja menyapa. Masih banyak yang terlena dengan dengung-dengung "hari kemenangan". Namun semangat itu kembali berpijar. Kembali mereka bermunculan satu persatu dengan ide ini itu, program ini dan itu. Ada juga yang tahu-tahu ternyata sudah berbuat banyak tanpa banyak cuap-cuap (salut berat buat adik manis dkk di pancoran, moga teteup lancar). Subhanallah, di saat masih banyak yang sibuk (setidaknya saya) menata diri kembali bergelut dengan aktifitas dunia dihiasi keluhan-keluhan ini dan itu, semangat yang mereka punya membuat hati malu.

Bagi sebagian orang kehadiran mereka mungkin tak begitu istimewa,namun bagi saya bernilai tak terkira. Riang hati kala disela-sela kesibukan kadang-kadang mereka masih menyempatkan menyapa jiwa dengan sekedar "Apa kabar cinta" atau mengajak berdiskusi bersama demi suatu langkah konkrit.Tanpa mereka sadari juga kadang air mata menitik iri dan timbul suatu tanya.
Kapan ana bisa bergabung dengan ukhty semua?. Duh, cinta...

**fur akhwat muslimah-IT

Tidak ada komentar:

Posting Komentar