Rabu, 12 Maret 2003

Foto di Cubical

//ini hasil migrasi blog, 7 Juli 2015. Pindahan dari unisa81.net//

Kalo diperhatikan, di setiap cubical karyawan2 di kantor tempat aku kerja praktek ini, pasti ada foto2 keluarga mereka, dan tentu saja foto anak2 juga (bagi yang udah punya buah hati). Bermacam2 tampilan foto2 itu, di satu cubical ada foto remaja tanggung lagi megang piala dgn ekspresi bangga, ada anak kecil abis mandi lagi pake handuk, anak kecil lagi main bola, main boneka, atau sekedar foto2 keluarga yang formal, bahkan ada yg memajang foto bayi yang masih merah banget. Lucuuuuu.....

Mau gak mau (baca: mau banget) tiap kali mondar mandir di koridor aku pasti ngintipin koleksi foto2 imut itu. Ada yang dipigura, berupa lukisan, dipajang di dinding, bahkan ada yang memajangnya persis di bawah monitor. waaah pasti ibu yang satu ini sayang banget ya ama anaknya. Ssstt...tapi yang majang foto bayi merah itu bapak bapak loh...

Ku teringat dua anak kecil yang menurutku paling berkesan selama mondar mandir di singapore ini. Yang pertama, gadis manis usia 5 tahunan yang diantar ibunya ke sekolah, aku udah ketemu 2 kali di kesempatan yg berbeda. seingatku setiap kali bus 199 hampir sampai di bus stop tujuannya, dia pasti teriak teriak "Mami, Mami... I want to ting tong"...... "Mami ..mami.. I want to ting tong", aku bingung, apa yaa maksudnya, ternyata dia pgn banget dibolehin mencet bel bus yang bunyinya "TING TONG" itu. Kalau udah ada yg mencet bel duluan dia langsung memandang ibunya dgn tatapan memelas, lalu si ibu mengangguk dan tersenyum. Si gadis manis pun memencet bel dengan sepenuh hati dan ekspresi yang luar biasa bangga.duh polosnya...

Anak kecil kedua hampir setiap hari berjumpa. Tiap pagi (kalau aku ga telat ke kantor) pasti ketemu dia dgn bapaknya. Umurnya sepertinya belum 5 tahun. Entah mereka mau kemana, yang jelas selalu turun di tempat yang sama. Anak ini berbeda dgn yang pertama. Yang ini luar biasa diem, tapi Bapaknya luar biasa sabar. Anak ini selalu digendong dgn penuh sayang, dan didudukkan dengan hati2 sekali. Yang bikin aku tdk bisa melepaskan pandangan dr mereka adalah kesabaran bpknya. Sepanjang perjalanan bapaknya tak henti2 menceritakan apaaa saja. Mulai dari pemandangan di luar, belajar berhitung, mengajarkan lagu, atau sekedar mengomentari pakaian anaknya. Tapi setahuku suara anak ini mahal sekali, hampir ga pernah ngomong, bahkan kdg terkesan ekspresinya kosong, entah kenapa. Berbagai kenangan bermain dihayalku.

Anak kecil memang makhluk ajaib, yang kata orang2 bijak kita dapat belajar banyak darinya. Kemana dan bagaiman nantinya wajah2 lucu dan belum berdosa itu juga dipengaruhi oleh2 orang2 di lingkungannya.

Ah, masa kecil memang seharusnya penuh gelak, canda dan cerita, tapi saat ingatan ini melayang ke anak2 di Palestina. Tiba2 lidahku kelu, bisu. Mereka sungguh berbeda dgn anak2 lain di dunia. Tiba2 siluet seorang anak yg mati2an dilindungi bpknya dari terjangan peluru2 dan tank2 raksasa itu bermain2 dipelupuk mata. Peluru2 itu terlalu banyak dan tank2 itu terlalu tajam untuk tubuh tubuh kecil mereka yang hanya menggengam batu. Hanya batu....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar