Rabu, 12 September 2007

Strategi menawar adalah: Jangan ditawar


Menyandang takdir sebagai warga suku Minang (lebih dikenal dengan suku Padang) membuat saya kadang-kadang harus mengaminkan bermacam-macam stereotype, termasuk pelit, jualan oriented dan jago menawar. Terhadap 2 stereotype pertama biasanya saya cuek aja, biarlah angin yang menjawab (ceileee kamana atuh angiiin..), nah stereotype ke-3 nih yang menjadi tantangan tersendiri. Karena layaknya anak kos yang kerap kali membahas setiap detil peristiwa dengan penghuni-penghuni lain, rasanya agak-agak tertekan selalu mendapat barang yang sama dengan harga tertinggi karena ketidak piawaian saya dalam tawar menawar (dengan alasan tak tega). Lalu keluarlah kalimat maut yang membuat saya suka pingsan dalam hati“Padang palsu ni yeee" 

Namun dari hari ke hari kehandalan menawar barang itu tetap tidak berubah. Sampai suatu hari saya pernah mendengar bahwa harga barang-barang di pasar-pasar tradisional (termasuk ITC) suka ditawarkan dengan harga di atas 2 kali lipat. Apalagi kalau yang berdagang pribumi, biasanya jauh lebih tega daripada pedagang Chinese. Mereka mencari keuntungan gede dalam sekali transaksi. Tanpa mempertimbangkan bahwa tak sedikit ibu-ibu yang rela berputar-putar berjam-jam demi membandingkan harga untuk produk yang sama, lalu memutuskan tak mau lagi kembali ke toko tersebut. Berbeda dengan pedagang ras Chinese yang lebih mengutamakan volume penjualan daripada margin. Maaf ya kalau rasis, yang ngomong itu seorang bapak yang namanya cukup melangit di dunia perbankan syariah dalam suatu sesi tentang usaha kecil. Jangan marah ya.. takut nih kalau ada yang marah

Sekarang saya ingin berkisah tentang kejadian nyata kemarin sore. Bayangkanlah dialog di bawah ini di sebuah ITC di daerah cempaka putih.. 

Di Stand 1, saya tertarik dengan sebuah baju yang nampaknya cukup manis untuk kondangan.
A : Mbak, yang ini ada ukurannya? 
B : Oh, ada buk
A : Waduh..panggil mbak aja ya, biar terkesan ABG  (dengan wajah memaksa) 
B : Oh, baik mbak, mau ukuran apa? 
A : Yang paling besar aja, berapaan ini ya? 
B : 195 ribu saja, ini bahannya bagus banget blablablala dst dst 
A : HAAA.. waduuh, gak deh saya ga bawa uang sebanyak itu (ga bohong lhoo), lain kali aja... makasih yaa (lalu berlalu) 
B : tawar aja deh mbak, berapa aja terserah, tawar aja 
A : wah jangan, saya ini ga bakat menawar, kalau kerendahan juga ga enak (ga bohong loo) 
B : gpp, tawar aja 
A : jangan deh, ga enak sama mbak,  dah dulu yaa.. daagh (berlalu cepat-cepat) 

5 detik kemudian terdengar teriakan yang sangat nyaring  "Mbaaaak, 60 ribu mau gaaaaaaaak"
Gubraks!!! Tapi tetep ga jadi beli sih, udah kejauhan dan malu balik.

Kemudian di stand lainnya, saya melihat sebuah blazer yang sangat sederhana dan cukup panjang. Melihat merknya adalah baju-baju yang biasa dijual di tanah abang dengan kisaran harga 45ribuan
A : Bu, ini ada ukurannya? 
B : O ada ada, mau yang ukurannya apa (dengan logat Padang yang kental.. ooo rang awak tooh)
A : Yang paling besar bu, buat saya. (setelah mencoba), harganya berapa ya bu? 
B : Murah kok, Cuma 155 ribu 
A : Hiyyaaaah, becanda ya bu? 
B: Gak mbak, itu jahitannya bagus, model terbaru blablabla dst dst dst (padahal menurutku justru ga ada modelnya, lurus-lurus aja) 
A : Gak deh bu, kemahalan hehehe. Maaf ya, liat-liat dulu aja 
B : Tawar aja mbak, maunya berapa 
A : Gak deh, kata temen-temen saya ga pinter nawar hehehe 
B : ayo lah, tawar aja, gpp kok.. bener 
A : gak deh.. maaf ya (berlalu cepat-cepat sambil mengelus kening) 
B : 75 ? 
A : gak, makasih 
B : ya udah deh 50 ribu... 
A : (melongo)

Sampai sekarang saya masih bertanya-tanya dalam hati. Apakah memang itu strategi menawar terbaik ? yaitu dengan tidak mau menawar (tanpa harus berbohong). Mengapa marjin harga dinaikkan setinggi langit begitu, jika kemudian membuat orang lain kapok? Apakah dengan kejadian ini saya bisa membenarkan tindakan teman-teman saya yang tidak pernah mau belanja di pasar tradisional maupun ITC dengan alasan takut ditipu harga yang terlalu tinggi, walau saya yakin tidak semua ITC ataupun toko seperti itu? Saya belum mampu menjawabnya, mungkin anda bisa?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar