Minggu, 21 Februari 2016

Pengalaman sakit di Belanda

-- Crocus --

Pukul 1 malam waktu Belanda. Suara angin menderu-deru memilukan. Pastinya di luar sangatlah dingin menggigit. Kurang paham juga dengan kondisi cuaca saat ini. Tadinya sempat mengira musim dingin telah sampai di penghujungnya, saat mulai menjumpai rumput-rumput sendu yang telah ditumbuhi bunga-bunga cantik berwarna kuning di sepanjang Voorhof, Delft. Kurang paham itu bunga apa namanya. Cantik sekali, seolah memberi warna lain pada hamparan karpet hijau yang telah bosan monoton berbulan-bulan sendirian. Seorang kawan pernah memberi tahu bahwa salah satu pertanda munculnya musim semi adalah kehadiran bunga Crocus, si ungu cantik. Tahun lalu saya dan beberapa kawan sempat memperhatikan kawanan Crocus yang tumbuh di rerumputan di depan fakultas kami. Tumbuh malu malu dengan latar belakang telaga beku yang mulai mencair. Akan tetapi jika memang musim dingin telah berakhir kenapa beberapa hari lalu turun hujan salju walau hanya beberapa menit? Entahlah.

Jam 1 malam waktu Belanda. Suara angin menderu-deru memilukan. Pastinya di luar sangatlah dingin menggigit. Tapi suara bel berbunyi. Bergegaslah kubuka pintu, dan munculah sosok itu. Gadis cantik berdarah Palembang Minangkabau, namun belasan bulan silam saat pertama jumpa kupikir blasteran timur tengah. Beberapa menit sebelumnya saya memang menanyakan nomor telpon Rumah Sakit di sebuah group mahasiswa Indonesia. Ada rencana membawa H1 ke rumah sakit saat itu juga. Lalu tanpa dapat dicegah, datanglah dia. Katanya sekedar memastikan semuanya baik-baik saja, sambil menyodorkan setumpuk parasetamol dan vitamin. Terharu. Sangat. Speechless juga.

Kebetulan anak-anak memang udah 6 hari panas tinggi, flu, dan batuk yang lumayan berat sehingga kehilangan nafsu makan. Di hari ke-4 udah dibawa ke Huisart, general practitioner. Menurut dokter saat ini memang lagi ada virus flu yang cukup berat, dan gejala panas demamnya bisa 5 hari. Jika hari ke-5 tiada membaik, disarankan dibawa lagi ke dokter. Anak-anak gak dikasih obat apapun, cuma disuruh istirahat, pastikan banyak minum cairan, dan makan parasetamol jika diperlukan untuk membantu tidur nyenyak. Sebelum ke Belanda saya memang sudah baca beberapa referensi bahwa di sini dokter sangat hati-hati memberikan obat. Lumayan kontras dengan beberapa pengalaman di Jakarta, yaitu tiap anak sakit saya biasanya bawa pulang minimal 5 jenis obat per-anak. Tapi tentunya masing-masing Mazhab punya pertimbangan sendiri ya. Mungkin kondisi geografis, budaya, pola hidup, dll mempengaruhi gaya pemberian obat-obatan oleh dokter. Mungkin. Hipotesis aja. Gak ada ilmu tentang itu. Dan kebetulan juga saya termasuk generasi emak-emak rempong kekinian yang berharap anak-anak gak minum terlalu banyak obat. Jadi ya udah aja, pulang tanpa obat.


Saya banyak diskusi jarak jauh juga dengan Abahnya teko-teko. Beliau yang koleris maksimal kemudian mengirimkan sederet artikel tentang kenapa negara-negara maju cenderung terkesan lebih pilih-pilih memberikan obat

Tapi di hari ke-6 si kakak masih begitu2 saja. Adiknya membaik Alhamdulillah. Akhirnya tadi ke rumah sakit lagi deh, dan kembali diyakinkan bahwa mereka gak mengalai infeksi apapun pada mulut, telinga, hidung, tenggorokan. Paru-paru bersih. Semua ini hanya flu biasa yang memang menunggu waktu untuk sembuh. Tidak perlu obat apapun, kata sang Dokter. Tapi saya memberanikan diri minta ijin ngasih obat batuk ke H1. Dan disetujui dokter, walau gak dia resepkan. Tinggal beli di apotek RS katanya. Dia bilang kalau dalam 10 hari (sejak hari pertama) ga sembuh juga, disarankan balik lagi ke Huisart. Menurut dia wajar aja demam akibat virus mengakibatkan suhu tubuh tidak stabil.

Jadilah malam ini abang minum obat batuk. Parasetamol dihentikan dulu.
Semoga cepat sembuh yaaa, abang dan dedek..

-- ke dokter lagi--

Pukul 5 sore waktu Belanda. Angin kencang masih menderu di seantero Delft nan elok. Saya dan H1 berjalan bergegas-gegas, ingin secepatnya sampai di area tertutup. Angin kencang menderu di sepanjang jalan. Terutama di lorong-lorong yang diapit gedung-gedung tinggi. Kami berdua sempat GR mau terbang saat diterpa angin yang cukup kencang. Untungnya sebagian besar perjalanan ditempuh dengan bis, sehingga waktu interaksi dengan angin dan udara dingin lumayan minimal. Dulu sekali pernah ada yang bercerita bahwa angin kencang di Belanda terkadang mampu menerbangkan sebuah sepeda. Awalnya gak bisa membayangkan, tapi setelah mengalami sendiri lama-lama kebayang juga. Dahsyat memang angin di negeri kincir ini.

Sesampainya di rumah kami disambut H2 yang tertidur pulas dan tentunya seorang kawan yang menemani H2 selama saya dan H1 di Rumah Sakit. Terimakasih banget yaa, ucapku berulang-ulang. Sang gadis yang dikenal sebagai salah seorang ahli masak terbaik di angkatan kami itu menceritakan kisah bersama H2.  Sempat kutanya, apakah H2 gak rewel. "Manalah rewel mbak, asyik aja dia main, trus patuh aja disuruh bobok siang", jawab si putri blasteran Sumatera-Solo itu sambil tersenyum-senyum. Hebat juga pikirku, biasanya butuh waktu 1-2 jam untuk nyuruh H2 bobo siang.

Sore menjelang malam waktu Belanda. Angin kencang masih menderu di seantero Delft nan elok. Sang kawan pamitan pulang, menyongsong angin kencang bersama sepeda kesayangan, kembali ke tempat tidur yang hangat. Setelah mengikhlaskan sekian jam waktunya yang berharga untuk menemani H2.

Itulah sekelumit kisah hari ini dengan 2 kawan di perantauan. Tadinya ingin disimpan aja perasaan terharu dan rasa terima kasih di dalam hati, namun gak sabar juga ditulis di sini ~_~.  Semoga pertolongan yang telah diberikan ini, kelak akan menghasilkan limpahan barokah dan kebaikan dari arah yang tak disangka-sangka.

Pernah baca di suatu ketika bahwa khalifah ‘Umar bin Khaththab pernah berkata, yang kurang lebih isinya, jika ingin mengenal karakter saudaramu, bepergianlah, menginaplah, dan berniagalah bersamanya.  Dua kawan yang rasanya cukup kukenal, sebab pernah melakukan perjalanan jauh dengan yang satu, dan pernah nginap beberapa malam bersama yang satunya.

Kudoakan juga deh semoga mendapatkan jodoh yang sholeh. Amin...


Tidak ada komentar:

Posting Komentar