Minggu, 24 Januari 2016

Al fatihah buat Amak

Untuk pertama kalinya menghadapi ujian kehidupan (baca: exam week), 
tanpa menelpon Amak di kampuang halaman
..... untuk meminta do'a khusus dalam sebuah fragmen di dalam tahajud rutinnya. 

Al Fatihah

Jumat, 22 Januari 2016

Sepotong Siang di Delft


Seorang bapak berpeci dan bergamis menyeberangi jalan dengan tenang, tampaknya habis sholat Jum'at. Tak jauh darinya, seorang kakek sendirian menyusuri trotoar dengan kursi roda modern. Tampak pula rombongan pemuda lewat menuntun hewan kesayangan mereka, hewan yang terkenal paling setia, yang rupa-rupa macamnya. Diriku lagi menggigil di halte bis. Biasanya walau sepeda rusak, jalan kaki ke kampus yang hanya berjarak 2 km dari rumah, asyik aja. Tapi dingin betul hari ini. Tulang-tulang paruh baya di dalam raga yang biasa bermewah-mewahan matahari khatulistiwa berontak meronta-ronta gak mau jalan kaki.
Jauh di ujung sana, kanal-kanal kota Delft membisu menghayati cuaca yang beku walau tanpa salju. Satu dua pengemudi sepeda terkadang melintas bersicepat segera mencari hangat. Nun di dalam gedung-gedung kampus TU, para mahasiswa juga berlomba-lomba dengan waktu. Mencari ilmu, berusaha memenangkan perjalanan, berpacu dengan waktu, menerabas rintangan, dan menaklukan diri sendiri. Pertarungan yang serius. Permainan yang sungguh-sungguh. Seperti kata Fahd Gibran, 'tidak ada satupun permainan yang bisa dimenangkan dengan main-main, bukan?'
Kembali ke halte bis. Seru juga 'ngobrol' dengan seorang nenek Belanda yang sibuk mengagumi dompet rajutku, si produk rajut asli Indonesia. Sang nenek sibuk membahas banyak hal walau nyaris gak satupun yang aku paham, kecuali beberapa patah kata. Jadi terpaksalah cengar cengir aja. Mungkin nenek ini nyaman ngobrol dengan yang disangka seusia dengannya (he..he..he). Eh jangan salah, dulu pernah di angkot kota Depok, saat jalan-jalan berdua nak Hafidz, seorang nenek ramah menyapa "ini cucu pertama ya?". Mau pingsan rasanya. Padahal kala itu usia belum lagi kepala 3 ðŸ˜‚😂😂.
Tak terasa 5 menit berlalu cepat. Bis kami datang. Saatnya melambaikan tangan ke nenek ramah yang masih berbinar-binar menatap dompet unyuku. Bangga sekali tadi memperlihatkan tulisan 'made in Indonesia' di dalamnya.
Bis yang senantiasa tepat waktu ini kemudian menyusuri jalan-jalan sunyi. Sapaan ramah pengemudi bis terhadap penumpang, juga lambaian tangan dan seruan-seruan terima kasih dari penumpang saat supir mengalami pergantian shift di tengah-tengah perjalanan adalah hal lumrah. Hangat dan menyenangkan.
Mungkin suatu saat, perlu waktu agak lama untuk bisa move on dari suasana syahdu kota ini. Kota Delft.
//H-5 menjelang exam

Selasa, 12 Januari 2016

Suntikan Semangat dari Pembimbing Proposal



Baru saja menghadiri pertemuan dengan pembimbing buat proposal thesis.
Dia tanya "Why did you  radically change your topic?". Saya jelaskanlah alasan saya kenapa mendadak ganti topik tesis, di saat-saat injury time deadline buat submit proposal. Alasan teknis, dan non teknis. Trus dia bilang lagi "did you do the proposal yourself? and how long?". Saya  jelaskan lagi bahwa saya hanya ada waktu mengerjakannya 4 hari,  sebab baru ada lampu hijau dari seorang kawan setelah konsultasi ama professornya (boleh sebut nama gak di sini? hehe). Sambil saya minta maaf juga karena terlalu mendadak melakukan perubahan, dan mohon maaf jika banyak kekurangan. Maklumlah, proposal yang udah digarap 1 bulan mendadak harus digantikan oleh yang baru mulai ditulis kamis malam. 4 hari 4 malam. Sampai demam kemaren malam, hehe...

Lalu beliau melanjutkan. "Kamu tahu gak kenapa saya menanyakan ini sejak email semalam?". Saya bilang, saya gak tahu pak, mungkin karena terburu-buru jadi banyak kekurangan. Trus dia jawab "because, I think your proposal is outstanding, and I suspect that it is belong to someone else, not you".

WUTT. Sempat bengong dulu sebentar. Antara senang karena dipuji, dan sedih karena dicurigai. Terus saya jelaskan bahwa ini beneran saya yang nulis sendiri, from scratch. Saya sampai memperlihatkan backup2 dokumen di google drive. Karena setiap progress pasti di back up minimal 2x sehari. Jadi terlihat segala history perubahan dokumen, dll. Saya tambahkan, karena ini tahapnya proposal, tentunya banyak sekali literature dari jurnal-jurnal lain. Pastinya. Tapi proposal ini beneran milik saya. Terus dia tertawa terpingkal-pingkal. Kenceng banget.  "the grammar is outstanding, and the proposal has been written in a very good logical order. Very scientific". Serius deh, ampe gemeteran dengerinnya. Dia menambahkan bahwa menurut dia ini dah hampir selesai, kalaupun ada input hanya minor. Jika terbukti original, dia akan memberi nilai yang sangat bagus. Dst dst.... berkuah-kuah lah itu pujian.

Speechless banget. Dan saya gak tahu apa kisah ini pantas disharing di sini. Tapi beneran gak nyangka pujiannya bakal berkuah-kuah begitu. Dan gak mengharapkan segitunya juga. Sebab selama 4 hari ini saya begitu kuatir bahwa yang saya kerjakan gak berarti, karena dikerjakan terburu-buru. Dan selama 4 hari ini saya sibuk berprasangka buruk terhadap hasil yang akan diterima. Sempat marah juga pada diri sendiri, kenapa kok jadi orang plin plan banget. Malah sempat berfikir ga akan lulus mata kuliah ini. Kasian sama anak-anak karena selama 4 hari ini selalu dikasih lampu merah
"Nak, main berdua dulu ya hari ini bunda sibuk banget"
"Nak, bunda mau sendirian dulu 3 jam, jangan masuk kamar bunda ya"
"Nak, bunda gak masak, kita pesen delivery aja ya"
"Nak, bunda ga masak sayur, ga sempat"
"Nak, sabtu minggu ini kita di rumah aja ya"
dll.

Pada akhirnya bapak pembimbing tetap memberi beberapa saran perbaikan. Pastinya. Sebab bagaimanapun pasti banyak hal-hal yang kita belum tahu tentang penulisan ilmiah. Tapi saya sibuk grogi, gemeteran, ke GR an, dll. Maklum, orangnya grogian dan GR an, walau dah emak-emak... hehe

Lama sekali kita diskusi. Saya jelaskan gimana proses penulisannya. Hal-hal yang masih gak saya pahami baik dari buku maupun dari literatur. Kebingungan-kebingungan saya. Sempat bilang juga bahwa setahu saya bahasa Inggris saya gak bagus, karena saya lulusan S1 di Singapore, yang mana selama di sana  bukannya belajar bahasa Inggris yang baik dan benar, saya malah Singlish abieeez. Speaking berantakan, nulis apalagi. Kalau bicara lebih kayak uncle-uncle di pasar malam di Boon Lay, atau makcik makcik yang jualan jilbab di Pasir Ris. Makanya suka ga PD kalau disuruh presentasi, apalagi nulis. Saya bilang juga score terjelek saya kalau test IELTS adalah writing. Pokoknya segala borok2 dikeluarin lah.

Saya juga bilang, nanti kita lihat aja di TurninIt, aplikasi buat cek originality sebuah karya tulis, tentang originalitas tulisan ini. Saya bahkan minta di test saat itu juga. Soalnya ga enak banget dicurigain.....

Tapi bapak ini baik banget. Dia bilang soal originalitas nanti bisa kita cek,dan itu adalah proses yang akan dilalui semua murid, tapi yang mau dia tekankan adalah bahwa dia suka sekali dengan apa yang telah saya tulis. Saat diskusi selesai, dia menutup dengan kalimat berikut "We need to have a good contact, and I am sure that you will have a very good career in your life"

Kalimat penutup yang bagi dia mungkin biasa aja, tapi tanpa dia sadari telah menajamkan tekad seorang emak-emak paruh baya untuk berusaha lebih keras lagi dalam hidup. Untuk berusaha meningkatkan prasangka positif terhadap diri sendiri, terhadap usaha yang sudah dilakukan, dan terhadap jalan hidup yang telah dipilih dan digariskan oleh Allah. Telah membuat seorang emak emak yang tadinya sempat putus asa, lelah, kehilangan kepercayaan diri, dan sibuk menyalahkan diri sendiri atas banyak hal, kembali ingin bangkit berdiri, berjalan.... berlari.

Teko's in de Holland [Adegan 18] Ayam Tepung Oatmeal


Dalam 2 minggu terakhir, resep ayam goreng tepung dengan oatmeal muncul terus di newsfeed. Pengen banget coba bikin karena masakan kesukaan anak-anak adalah : segala jenis masakan Padang (yang tak pernah mampu saya sajikan dengan baik dan benar) dan ayam goreng tepung.

Alhamdulillah tadi malam mendadak gak enak badan, jadi merasa berhak istirahat dulu sejenak dari tugas-tugas kuliah. Semalam bolehlah. Hipotesis penyebabnya : karena dah 4 hari kebut2an ngejar deadline tugas dan jam tidur agak galau , plus cuaca dingin banget setiap antar jemput anak2 ke sekolah. Tepat setelah tugas di submit, bundo meriang... hehe. Kayak ada tombol alarm yang langsung bekerja setelah email ke dosen terkirim. Rejeki banget. Akhirnya, daripada sibuk melow sakit kepala, coba2 deh eksekusi resepnya, trus disimpan di kulkas.

Paginya, Alhamdulillah badan enakan. Emang cuma minta bobok lama aja ~_~. Lagi manja. Digoreng deh tuh ayam yang udah dibumbuin dan udah semalaman disimpan di dalam kulkas. Hasilnya.... kriuuuuk dan renyaaah bangeet! Kalau digigit bunyinya sampai krenyes.. krenyes.

Selama ini, bermacam jenis resep ayam tepung dah saya coba dan baru kali ini anak2 sampai nambah makan 3 kali dan bilang "Bunda, enak banget, seperti ada tentara berjalan di dalam mulut. Kriuuuk... kriuuk".
Hati ini terharu maksimal.
Bahagia.
Seperti sebuah bunga yang tumbuh di awal musim semi.
Walau agak kaget ternyata tentara kalau jalan bunyinya kriuk.. kriuk. Baru tahu.

Demikianlah sekelumit kisah hari ini. Terimakasih banget buat yang udah berbagi resep.

*Bundo yang lagi berbunga-bunga

Selasa, 22 Desember 2015

Selamat jalan, Amak kami tercinta

“Terkadang kesedihan memerlukan kesendirian, meskipun seringkali kesendirian mengundang kesedihan tak tertahankan.”

-Tere Liye

Innalillahi wa inna ilayhi roji'un. Di hari Ibu, salah satu ibu paling tangguh yang pernah kami kenal telah berpulang. Amak (Ibu dari Ibu saya). Be strong dear keluarga besar...

Sabtu, 12 Desember 2015

Seorang Amak

Seorang Amak tidak hanya ahli membuat bumbu sate, atau menanam padi, atau menyulap pakaian dari kain bekas (tanpa mesin jahit!), menjadi baju kebanggaan di masa kanak2 sehingga membuat diri serasa princess!
Tapi kami juga percaya bahwa koleksi lautan do'a, kesabaran dan kasih sayangnya mampu menggetarkan langit... supaya kami senantiasa diberi kemudahan menjalani enigma kehidupan, senantiasa diberikan bahu yang kokoh dan tekad membaja menghadapi rintangan, senantiasa maju terus pantang mundur, walau rasanya tak kan pernah mampu menandingi sepersepuluh saja kesabaran beliau.
Keteladanan Amak mengajarkan kepada kami konsep "rejeki tidak akan tertukar", saat di kondisi ekonomi seperti apapun, rumah kami selalu punya penghuni tambahan, bujang2 rantau atau saudara jauh yang datang dan pergi, menyibak gelanggang mencari peruntungan, bertahun-tahun menjadi anak Amak. Anak Amak menjadi sangat banyak. Sehingga memori masa kecil yang kental adalah : seputaran gerobak sate kebanggan itu senantiasa ramai saat tutup warung, dan kamipun bisa tidur nyenyak setiap malam karena rumah dijaga oleh banyak bujang-bujang.
Bagi saya pribadi, dalam setiap kejadian galau dalam hidup, salah 1 hal pertama yang saya lakukan adalah : menelpon ke Padang, meminta do'a khusus di dalam fragmen tahajud Amak nanti malam. Selalu. Sebab sependek pamahamanku, tiada lewat 1 malampun tanpa gemericik wudhu Amak untuk bermunajat. Bahkan dalam keadaan makin susah berjalan. Bagi Amak, tahajud itu wajib bagi dirinya.
Semoga cepat sembuh wahai Amak yang jauh di mato. Semoga bagi Amak, ringan saja rasanya segala penyakit itu...
Hafidz dan Hanif langsung minta dipulangkan ke Padang begitu tahu Amak sakit. Belanda jadi gak menarik lagi, kata mereka. Pengen pulang

Senin, 07 Desember 2015

Teko's in de Holland [Adegan 18]




Masih belum abis kaget dapet surat cinta dari anak-anak yang diakhiri dengan "Bunda ingat Allah".
Latar belakang masalah : mereka berdua heboh banget main perang-perangan, main bola, main kiamat2an, sampai melanggar batas kid's zone. Berantakan lah tu rumah 80%. Emak yang masih belum move on dengan standar kerapian langsung suruh beres2. Gak digubris dooonk.
Daripada marah2 kan capek, bundo akhirnya menciptakan 2 anak khayalan, namanya Sas dan Rar. Lalu beres2 rumah deh ama anak khayalan, lanjut memasak bareng, dan belajar bareng.

Eh mereka sedih, trus kirim surat. Minta maaf tapi maksa. Diakhiri dengan "bunda harus maafkan, bunda ingat Allah".

~_~

Rabu, 11 November 2015

Teko's in de Holland [Adegan 16] Parent's Meeting Day di sebuah SD di Belanda

I have just attended parent's meeting at the primary school this morning. In Dutch . Fortunatelly, one of the teacher decided to sit next to me and being a translator. Kalau gak ada guru baik itu, puyeng banget dah. Cuma ngerti beberapa butir vocab, itupun karena diajarin anak2 di rumah.

Pertemuan diadakan untuk membahas bagaimana sekolah melakukan monitoring terhadap perkembangan murid. Sebelumnya pernah juga ketemu guru kelas abang dan dedek, namun sifatnya lebih private. Face to face. Yang ini sifatnya lebih umum, berupa forum. Diawali dengan minum teh bersama, makan kue-kue kecil yang disediakan sekolah, serta ramah tamah dalam beragam bahasa. Bagian ramah tamah diriku cuma cengar cengir tentunya, sebab bahasa utama yg digunakan adalah bahasa belanda (oleh guru), dan sejenis bahasa arab (karena banyak wali murid dari Turki dan Maroko.. kayaknya sih).

O iya, lagi-lagi 1 hal yang selalu menarik perhatian saya terkait SD di sini. Mereka gak punya staf! Sebutlah sekretaris, tata usaha, you name it lah, apapun. Cuma ada 1 kepala sekolah dan para guru. Itu aja. Jadi mulai dari mengoperasikan komputer, nyiapin teh dan cemilan buat orang tua murid, melayani ortu yang mau ingin daftar program buah-buahan mingguan, menjawab telpon, semua dilakukan oleh kepalas seklolah dan guru. Efisien banget. Cerita tentang ini ada di tulisan awal saya saat survey SD-SD di sekitar Delft.

Kembali ke acara rapat, kebanyakan muatan penilaian dan monitoring yang dibahas adalah attitude dan kedisiplinan. Jadi, penilaian secara umum terbagi atas 3 tema : attitude, language, dan pelajaran sekolah.

Lumayan lama membahas tentang attitude. Sebab di dalamnya terdapat prilaku terhadap guru, prilaku terhadap orang lain (kerjasama, pergaulan, inisiatif, cara mengatasi konflik, dll), prilaku saat belajar (stamina, konsentrasi, kecepatan gerak, kemandirian) dan prilaku terkait rasa tanggung jawab (bagaimana menjaga barang-barang di sekolah, bagaimana sikap dalam menyelesaikan tugas), dll. Masih banyak lagi mestinya, sebab pembahasan bagian ini sangat lama. Cuma ini aja yang berhasil dicatat. Tentunya setelah diterjemahin dulu oleh ibu guru baik hati yang duduk di sebelah saya.

Di bagian language, dibahas mendetail tentang aspek listening, speaking, writing, writing stories dan reading. Fokus pembahasan bukan kepada aspek akademis semata tetapi lebih banyak penekanan pada ranah psikologis. Misalnya tentang cara meng-encourage anak untuk mengoptimalkan kemampuan berbahasa, tentang kreativitas yang harus dimiliki orang tua dalam memantau kemampuan berbahasa anak-anak, tentang motivasi untuk menggunakan bahasa yang baik dan benar, tentang keberanian mengemukakan pendapat, tentang sikap yang baik dalam berbahasa, dan masih banyak lagi. Saya pernah dapat penjelasan bahwa metode pendidikan di sini adalah 50% dari sekolah dan 50% dari orang tua. Jadi, orang tua juga dituntut untuk aktif melakukan pendampingan.

Dijelaskan juga, para guru sangat menyadari bahwa aspek bahasa ini tidak mudah untuk anak-anak, apalagi yang sehari-hari memakai 2, 3 bahasa atau lebih. Karena itu kadang mereka menyediakan pendampingan khusus untuk anak-anak yang perlu waktu tambahan belajar bahasa Belanda (seperti halnya abang dan dedek yang dapat pelajaran tambahan tiap hari Kamis). Saking senangnya belajar bahasa, di hari Kamis mereka senantiasa bangun sangat pagi dan berharap semoga cuaca bagus, sehingga tak ada kemungkinan untuk bolos sekolah.

Aspek ilmu pengetahuan tentu juga penting, walau terasa sekali di dalam setiap pembahasannya kembali ditekankan masalah prilaku, bahasa dan kedisiplinan. Dibahas tentang metode pengajaran matematika di sekolah, bagaimana menerapkan belajar matematika sambil bermain, tentang pentingnya memahami peta dunia untuk membuka cakrawala, tentang mengenal diri pribadi, keluarga dan lingkungan. Terus terang nyaris ga ada pembahasan tentang sisi akademis yg canggih2 (fisika, kimia, biologi, kalkulus, apalagi ekonometric...hehe). Tapi saya percaya sekali sekolah juga ngajarin science, sebab setiap pulang sekolah mereka pasti cerita (ceritanya rebutan tentunya, secara bundo kesayangan cuma 1 hehe). Mulai dari cara membuat kertas, daur ulang makanan, organ tubuh, dll. Hanya saja di pertemuan orang tua murid ini nampaknya para guru lebih menekankan pada pentingnya aspek prilaku, kedisiplinan dan kemampuan berbahasa.

Sekolah memantau perkembangan akademis anak secara individual. Jika ada anak yang dicurigai cukup tertinggal secara akademis, maka sekolah akan mendatangkan psikolog untuk melakukan investigasi bertahap agar dapat menggali apa penyebab ketertinggalan itu. Apakah ada masalah pribadi, masalah emosional, masalah dengan teman, atau mungkin ada masalah di rumah. Sebab mencari akar masalah sangat penting untuk mendapatkan treatment yang sesuai.

Akan diadakan ujian akademis secara rutin, baik yang sifatnya nasional maupun yang sifatnya internal sekolah. Jadwal ujian internal di sekolah biasanya tidak diumumkan, karena guru-guru tidak ingin membuat siswa stress dan takut menghadapi yang namanya "hari ujian". Ujian dan test dari sekolah dapat dilakukan kapan saja tanpa ada pemberitahuan. Dengan demikian siswa dapat menikmati nuansa bermain dan belajar tanpa tekanan.

Tentunya dibahas juga tentang aspek motorik (motorik halus dan motorik kasar), yang ditunjang dengan kegiatan olahraga 3x seminggu. Seperti kisah sebelumnya, diriku pernah dipanggil wali murid karena abang dan dedek dianggap masih perlu peningkatan motorik halus dan kasar. Terutama motorik halus sih yang dirasa kurang banget. Sehingga guru kemudian meminjamkan secara rutin alat-alat bantu yang diharapkan dapat men-stimulate perkembangan gerak mereka. Agar lebih gesit, lebih tangkas dan lebih sehat tentunya.

Itu aja yang keinget, ntar kalau hadir di lintasan fikiran, akan ditambah lagi. Semoga abang dan dedek senantiasa mendapat ilmu baru selama 1 tahun mereka bersekolah di sini, dengan segala keterbatasan yang mereka miliki dibanding teman2 lainnya (terutama kendala bahasa). Cemunguuud!!!

Sabtu, 07 November 2015

Teko's in de Holland [Adegan 16] Suatu hari di Rijksmuseum Amsterdam

Saat syahdu menyusuri lorong mungil yg penuh berisi lukisan2 dan kostum2 negeri Oren masa lampau, tiba-tiba muncul sebuah "gua es" di depan kita. Loh.. loh.. loh.. kok bisa ada gua es ya, ayo kita lihat ada apa di dalamnya. Eh malah ada ruangan berisi kompor, perapian, tempat duduk, dan selimut. Sebuah fragmen diorama masa silam. Coba kita bayangkan sebuah adegan saat itu. Merem, nak. Bayangkan.
Keluar dari "gua es" kita dihadapkan pada sebuah lorong mungil yang rupanya adalah rak buku "raksasa". Wah, besar sekali, sampai sampai kalian bisa leluasa menyelusup di sela-sela raknya, naik turun tangga mini yang diapit buku-buku tua, bolak balik, berulang-ulang. Kadang gantian dengan pengunjung2 dewasa lain yang ternyata juga senang melakukan aktivitas itu. Dan muat juga! Ayo Nak, mainkan imajinasimu.
Puas membuktikan kekokohan rak buku (setelah dipanjat dan ditelusuri berulang2) ), kita jalan lagi di lorong2 lukisan. Wow, ada ruang kerja ilmuwan. Di dindingnya terdapat peta dunia yang menguning, sedang di meja kerjanya berderet2 sistematis seperti tentara bermacam perangkat penelitian. Buku tulis, mikroskop, botol-botol, cairan sesuatu, dan entah apa lagi. Yang jelas terlihat pintar dan rumit. Berada di sana beberapa menit saja, IQ terasa meningkat pesat saking GR nya. Serasa....
Berjalan lagi, tiba2 kita dikejutkan oleh sebuah kursi tua (kosong) yang dikelilingi puluhan buku-buku kuno yang berserakan sesukanya. Ada yang terbuka, tertutup, atau di antara kedua definisi itu. Coba, coba bayangkan, Nak. Gimana rasanya duduk di sana, bersama puluhan buku yang akan membawamu berenang2 di lautan ilmu pengetahuan yang seolah tak ada habisnya. Menyenangkan bukan? kiki emoticon
Ayo kapan-kapan kita ke sini lagi. Atau kita teruskan petualangan di museum-museum berikutnya.
//suatu hari di sebuah pojok Rijksmuseum -Amsterdam.

Rabu, 28 Oktober 2015

Awal Musim Dingin di Belanda - 2015

Sejak tanggal 25 Oktober 2015 kemarin, resmi winter time bermula untuk tahun ini.
Dengan demikian jarak waktu dengan Indonesia (WIB) menjadi 6 jam, yang tadinya berjarak 5 jam.
Maksudnya, Belanda yang tadinya GMT+2 menjadi GMT+1.

Nanti saat musim dingin berakhir (sekitar April apa May ya?), akan kembali ke GMT+2.
Berikut beberapa kondisi terkini di seputaran Delft