Selasa, 09 September 2008

Cerita Lahir Anak 1


Jatuh Cinta 

Allah mengkaruniakan rasa cinta yang bertambah-tambah setiap saat kepada pasangan yang sudah menikah. Bertemu dengan suami rasanya seperti bertemu sahabat lama. Dibalik begitu banyak perbedaan 2 insan ternyata ditakdirkannya pula begitu banyak persamaan yang menyebabkan kita rasanya seperti 2 sahabat yang dipisahkan begitu lama dan dipertemukan kembali setelah ijab kabul. Begitu berbeda namun begitu serasi. Indah sekali. Begitu mungkin perumpamaan rasa cinta kepada pasangan kita. 

Namun cinta kepada anak ternyata dianugerahkan Allah dengan jenis cinta yang berbeda. Entah bagaimana cara mengungkapkannya. Apa yang dirasakan ketika ditakdirkan berjumpa dengan seseorang yang telah berbagi denyut jantung dengan kita sejak lama. Bertemu dengan seseorang yang selama ini begitu dekat (satu tubuh dengan kita), namun rasanya begitu jauh karena tak bisa menyentuhnya, memandangnya, membelainya, menciumnya. Perasaan jauh yang menebalkan rindu berlapis-lapis. Rindu yang hanya bisa diterjemahkan oleh air mata bahagia dan luapan cinta yang membuncah-buncah saat kita diijinkan pertama kali menyentuhnya, membelainya, menciumnya dan memandangnya tak lepas-lepas... 

Selamat datang anakku... semoga jadi anak yang sholeh. Mencintai Quran. Kenapa engkau kami beri nama ini? 

Karena kami begitu mengagumi para Hafidz quran dan orang-orang yang senantiasa menambah dan menjaga hafalan Qurannya. 
Karena kami paham betapa beratnya menjaga ketaatan lewat hafalan-hafalan yang terjaga di dalam hati karena harus senantiasa menselaraskannya juga dengan bening jiwa, kehalusan budi dan tingkah laku. Hal yang sangat berat.
Karena kami begitu malu mengingat betapa sedikitnya Ayat-ayat CintaNya yang mampu kami simpan di dalam hati. 
Karena kami begitu ingin hadirmu menjadi motivasi sekaligus bahan introspeksi dan renungan bagi kami.. 

Cerita lahir

Pendarahan 
Saat usia kehamilan menginjak 39 minggu lebih 2 hari, sehabis ashar ada sedikit pendarahan. Semasa sms-an konsultasi ama Bunda Majid dan beberapa teman, katanya ciri-ciri mau melahirkan diantaranya selain kontraksi, pecah ketuban dan juga sedikit pendarahan (istilahnya bloody something gitu deh). Kebetulan juga hari itu dari pagi sampai ashar perutnya udah ga enak banget, mlintir-mlintir ga keruan tak henti-henti. Jaraknya juga udah setiap 10 menit sekali. Cuma aku ga gitu yakin apakah itu yang disebut kontraksi. Kirain yang namanya kontraksi itu selalu disertai dengan perasaan ingin 'ke belakang'.Ternyata not necessary. 

Aku ama ibu buru-buru ke RSIA Tambak. Awalnya mau ditunda sampe besok sorenya, karena memang besoknya itu (jumat) adalah jadwal konsultasi dengan Dr.Ony Khonsa. Tapi karena udah keburu keluar darah buru-buru deh ke RS. Nyampe di Tambak, susternya langsung cek ini itu dan periksa pembukaannya, coz Dr Ony masih on the way. Yang namanya meriksa pembukaan itu bener-bener bikin meringis. Antara sakit, malu dan ga enak. Ternyata baru bukaan 1. Tapi setelah dr.Ony datang aku udah ga dibolehin pulang, karena mules-mulesnya makin mencurigakan (udah 2-3 kali dalam 10 menit). Semakin malam mulesnya makin sakit, namun ternyata bukaannya tetep ga maju-maju. Tengah malam makin menjadi-jadi. 

Nyaris dari pagi sampe tengah malam menahan sakit kontraksi, akhirnya aku lemes juga. Udah ga bisa mlintir-mlintirin badan lagi rasanya. Tinggal air mata meleleh-leleh menahan sakit. Subhanallah, saat itulah baru disadarkan rasanya betapa perjuangan menghadirkan buah hati ke dunia adalah perjuangan yang tidak mudah. Mataku langsung mencari-cari ibu yang setia menemani. Saat menemukan wajah yang sudah membesarkan aku dengan segunung sabar dan cinta dari kecil sampai segede ini, air mata makin menjadi. Antara sakit, penat dan juga merasa begitu malu mengingat segala dosa-dosa pada Ibunda. 

Misteri hilangnya ketuban 
Semakin malam rasa sakitnya makin menjadi, namun bukaannya tetap ga maju-maju. Akhirnya setelah melewatkan malam yang rasanya panjang banget, pagi-pagi pukul 8.00 Wib aku di USG lagi. Dan you know what??? Air ketubannya udah nyaris habis!!! Masya Allah, kapan keluarnya?? Baik aku, aa maupun dr ony sama-sama kaget, secara selama ini riwayat USG nya baik-baik aja, dan jumlah ketuban selalu cukup. same question lagi, kapan keluarnya? kok bisa ga terasa? Hatiku dihinggapi cemas dan fikiran yang tidak-tidak, apalagi ditambah secara mental aku bukan termasuk orang yang kuat. Apalagi untuk hal-hal sepenting ini. Berbagai fikiran buruk muncul. Tapi kata dokter, ketubannya masih cukup untuk nunggu sampai 12 jam lagi sambil terus-terusan diobservasi. Jika jam 8 malam ini (Jumat) tetap ga ada kemajuan, mau tak mau harus dioperasi 

Diinduksi 
Setelah dicek pembukaan, ternyata jam 9 pagi aku baru bukaan 2. Mengingat rasa sakitnya yang udah lumayan, dan udah kontraksi di RS 12 jam, kirain bukaannya udah lebih dari itu. Mau ga mau saat itu juga aku langsung diinduksi dan dimasukkan ke ruang observasi. Setelah diinduksi itulah aku jadi makin tahu bahwa sakit yang dirasakan kemaren malam ternyata ga ada apa-apanya dibanding sakit setelah diinduksi untuk kasus bukaan kecil yang ga maju-maju kayak aku ini. Apalagi setiap kali diperiksa sampai sholat jumat masih bukaan 2 aja. Padahal rasa sakitnya udah menjadi-jadi dan kontraksinya udah tiap 2 menit sekali. Segala teknik-teknik pernafasan waktu senam hamil hilanglah sudah. Yang ada di kepala cuma sakit, sakit dan sakit. Saat air mata meleleh-leleh, Aa terus mengingatkan dengan dorongan semangat, doa-doa dan mengingatkan bahwa inilah perjuangan dan pengorbanan untuk seseorang yang kita sayang. Kalau inget sekarang rasanya malu :P. Rasanya belum jadi manusia yang cukup kuat. 

Uji mental 
Di ruangan observasi, selain aku ada 1 pasien lain yang juga diinduksi sejak bukaan 2. Berada di ruangan ini adalah suatu ujian mental tersendiri :P. Pasien tetangga ternyata udah bukaan 5 saat aku datang. Yang bikin keringat dingin adalah jeritan-jeritannya dan kalimat-kalimat yang menyertai jeritan tersebut. Mulai dari kalimat positif sampai kalimat-kalimat negatif yang rasanya kurang cocok untuk diceritakan. 5 Jam berada 1 ruangan dengannya benar-benar bikin nyaliku ciut. Terus terang. Karena beliau sudah bukaan 5 sedang aku baru bukaan 2. Dalam hati aku membayangkan saat bukaan 5 nantinya apa aku juga akan seperti itu? Apakah rasanya sakit luar biasa? Kembali kepada kenyataan bahwa secara mental aku bukan orang yang kuat, terus terang bersebelahan dengan pasien tersebut bikin nyali tambah ciut. 

Jantung bayi mengencang Jam 12 siang masih di level bukaan 2. Akhirnya cuma bisa pasrah, semoga Allah menunjukkan jalan yang terbaik. jam 12.30 suster datang dan menyatakan bahwa denyut jantung bayi sudah di atas normal. Normalnya sampai 140, bayiku menunjukkan sudah menyentuh angka 170 bahkan kadang-kadang 190. Sepertinya induksi sudah tidak bisa diteruskan. Hal ini sudah tidak boleh dibiarkan apalagi melihat pembukaan yang tidak ada kemajuan. Diputuskan bahwa aku harus segera dioperasi. Direncanakan pukul 2 dr Ony sudah ditempat karena sekarang sudah berada di jalan. Dan aku sudah tidak boleh makan apa-apa lagi. Kebetulan daripagi memang cuma bisa minum, tidak nafsu makan. Terus terang hatiku gak karuan mendengar suster menyebut-nyebut masalah jantung bayi. Rasanya rela menanggung sakit seribu kali dari ini, rasanya rela melakukan apa saja, mengorbankan apa saja asal bayiku baik-baik saja. 

Penantian dari pukul 12.30 sampai pukul 2 siang rasanya adalah saat paling lama dalam hidupku. Pikiranku kembali diliputi cemas walau suster bilang ini bukan kondisi yang buruk. Tetap saja hatiku tidak tenang. Apalagi mengingat sejarah hilangnya ketuban tanpa jejak. Bagaimana kalau ketubannya habis? Jantung bayi terlalu cepat itu artinya apa? bagaimana kalau dst dst dst.... Memang saat itu rasanya aku bukan manusia yang tabah dan tawakal. Tapi penuh dengan kecemasan, fikiran buruk dan kegelisahan. Rasanya saat itu kualitas diri teruji dan hasilnya begitu nyata. Namun di sisi lain, rasanya mau memberikan apa saja, mengorbankan apa saja, asal bayiku baik-baik aja. Tak henti-henti berdoa padaNya 

Operasi. 
Jam 2 kurang, aku dibawa ke ruang operasi. Dengan persiapan ini itu termasuk bius separuh badan, akhirnya pukul 2.15 aku benar-benar telah berada di ruang operasi lengkap dengan dokter-dokter, suster dan aa. Namun setahuku aa cuma berani menyaksikan sampai goresan pertama pisau operasi, setelah itu sibuk mengusap-usap kepalaku menularkan kekuatan dan keberanian. Pukul 2.37 dokter Ony tiba-tiba berkata : "Ya ampun, kering benar ketubannya", dan kemudian antara percaya dan tidak aku mendengar lengkingan tangis bayi... Subhanallah... rasanya lega luar biasa. Walau misteri hilangnya ketuban masih menjadi tanda tanya, lega ini tak terkatakan. Yang jelas ini pelajaran buat aku, bahwa ketuban ternyata bisa menghilang tanpa kita sadari, walaupun rata-rata orang pasti sadar saat ketuban keluar (secara ketuban itu volumenya sangat besar). Suatu saat aku ingin mempelajari tentang ini. Mengapa ketuban bisa pecah tanpa terasa? apa penyebabnya? dan bagaimana mengenali tanda-tandanya. Menurutku ini sesuatu yang kelak harus benar-benar dipahami jika diberi kesempatan hamil lagi. 

Bertemu Kesayangan
Tak lama kemudian bayiku yang sudah diazankan oleh Abahnya, telah dibersihin, dan memakai topi diperlihatkan oleh seorang suster padaku. Subhanallah, rasanya luar biasa. Amazing. Susah payah menahan tangis terharu. Inilah dia yang telah berbagi berat badan denganku 39 minggu 2 hari lamanya :P (btw seminggu habis melahirkan beratku susut 8kg :P). Inilah dia belahan jiwa yang selama ini cuma bisa diajak ngobrol dari luar perut. 

Pandangan pertama langsung jatuh cinta. Ingin mendekap, memeluk, mencium... tapi apa daya badan ga bisa gerak (dan ga boleh gerak untuk 24 jam berikutnya). Bayiku kemudian ditaruh didadaku, sembari dokter bedah sibuk menjahit. 20 menit kemudian hafidz berhasil menyusu,alhamdulillah. Setelah 5 menit malah makin asyik menyusu dan akhirnya menangis saat suster kemudian harus mengasingkan aku ke ruang observasi selama 2-3 jam berikutnya sedang bayiku dibawa ke ruang bayi. Setelah 2 jam lebih di pengasingan, akhirnya aku dikembalikan ke kamar dalam keadaan masih belum bisa dan belum boleh bergerak apalagi makan :p (weleh.. udah laper aja, maklum dari pagi belum makan). Namun perasaan laparnya hilang saat tidak lama kemudian dia dibawa oleh suster-suster ke kamar dan menginap bareng karena aku menginginkan anakku diberi ASI eksklusif, sehingga tidak perlu dibawa ke ruang bayi lagi kecuali untuk dimandikan setiap pagi.

Thanks to Dr.Ony 
O iya, pada kesempatan ini aku juga ingin mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya buat dr.Ony atas dukungan, perhatian dan bantuan dari masa kehamilan sampai selesai persalinan. Banyak teman dan juga rekan di kantor yang mempertanyakan knp kok berobat jauh-jauh banget ke Tambak, dan bukan ke RS rujukan kantor. Kalau di RS-RS rujukan kantor kan tinggal mengurus surat kerjasama dengan kantor, lalu tanda tangan. Sedang di RS lain segala pembayaran harus ditalangin dulu baru diganti kantor kelak. jawabannya cuma 1: ngejar dr.Ony. 

Aku sudah sering dengar ibu-ibu hamil yang harus gonta ganti dr sampai berkali-kali karena 'tidak cocok' dan aku rasanya ga ingin seperti itu. Cape bo. Makanya setelah dengan DSOG pertama aku merasa ga cocok, langsung nyari-nyari info DSOG yang ok punya dan atas bantuan banyak temen2 (terutama di MP) bertemulah kami dengan dr Ony. Sejak pertemuan pertama langsung jatuh cinta. Duh, dr ini teh ramaaaaaaaaah banget, sangat komunikatif, sangat perhatian, sangat detil, pinter, keibuan dan jago banget membesarkan hati pasien. Again, karena secara mental dalam banyak hal aku ini bukanlah termasuk orang yang kuat, rasanya pas banget ketemu dengan karakter dr Ony. So, bela-belain deh berobatnya ke Tambak. Lagian itung-itung sekalian mengenal Jakarta. Masa ngertinya cuma berkisar dari Monas, kwitang sama setia budi hehehe :P. 

Sekarang jadi tahu dikit lah ama pasar rumput, pintu air manggarai (hehe nambah dikit) Pokoknya dr Ony oke banget deh. Highly recommended. So, buat teman-teman yang sedang hamil atau merencanakan kehamilan mungkin boleh mempertimbangkan :), Buat dr Ony, semoga Allah membalas segala kebaikan dan kebesaran hatinya dalam membantu beragam macam pasien dengan keberkahan dan kebaikan yang berlipat ganda. Amin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar